Sabtu, 11 Oktober 2014

Etika Menulis di internet


Blog adalah dunia bebas. Tempat kita bisa bersuara apa saja. Tak ada satu pihak pun yang bisa mensensornya. Tak ada media apapun yang mampu mengontrolnya. Kendalinya adalah diri blogger itu sendiri. Blog adalah sebuah medium kebebasan, yang dirayakan dengan penuh sukacita oleh banyak orang namun pada saat yang sama juga dikutuk sebagian orang.
Kata Rebecca Blood, “The weblog’s greatest strength its uncensored, unmediated, uncontrolled voice is also its greatest weakness”. Kekuatan utama blog yang bisa mengungkapkan apapun sebebas-besanya, sekaligus merupakan titik terlemahnya. Maka pengarang buku “The Weblog Handbook: Practical Advice on Creating and Maintaining Your Blog” itu mengusulkan etika blog. Dimana diantaranya yaitu :

-          Tulislah Fakta.
Ya, tulislah fakta. Bukan spekulasi. Kalau anda melihat seorang ibu kecopetan, tulislah apa adanya. Kalau anda mendengar peristiwa itu dari orang lain, sebutkan bahwa menurut orang tersebut ada ibu kecopetan.
Jika sesuatu yang anda tulis bersifat spekulatif, sampaikan dalam tulisan. Ada banyak kata-kata yang bisa membantu kita. Misalnya saja, kita melihat seorang ibu turun dari bis dengan muka bingung sambil mencari-cari sesuatu di tasnya, kita tidak boleh serta merta memastikan dan menuliskan bahwa ibu tersebut kecopetan. Maka, kalau mau menuliskan itu, tambahi dengan kata “jangan-jangan”, “boleh jadi”, “mungkin” ibu tersebut kecopetan. Dengan demikian, pembaca tahu bahwa pernyataan kita spekulatif, belum terbukti benar.

-          Hargai Sumber Tulisan.
Ketika kita menulis sesuatu dengan menyinggung tulisan pihak lain atau berdasarkan sumber online lain, berikanlah link/tautan/pranala luar ke tulisan tersebut sebagai referensi. Pembaca diberi kesempatan untuk membaca referensi tersebut sehingga mereka dapat menilai apakah tulisan kita akurat apa tidak.

-          Koreksi Tulisan.
Tidak ada salahnya mengoreksi tulisan, jika memang apa yang kita tulis salah. Kadang kita salah tulis nama, alamat, sumber tulisan karena keteledoran atau ketergesa-gesaan. Begitu tahu ada yang salah, perbaiki segera.
Kadang pula, apa yang kita tulis setahun lalu, kini menjadi tidak relevan lagi sehingga kita perlu memperbaikinya. Sedikitnya ada dua cara memperbaiki tulisan, tanpa harus menghapus atau menulis ulang tulisan asli. Pertama, dengan mencoret kalimat/kata yang salah dan menambahinya dengan kalimat/kata baru. Kedua, update dengan tulisan/postingan baru, dan informasi perbaikan itu ditulis di akhir tulisan yang diperbaiki.

-          Tidak Menghapus Tulisan.
Kebanyakan peblog serius tidak menghapus tulisan yang pernah termuat di blog. Mereka sadar, penghapusan itu akan mengecewakan mereka yang mengutip atau menaruh pranala luar ke tulisan tersebut. Juga, jangan menulis ulang sebuah tulisan sehingga terjadi perubahan makna secara fundamental. Itu sama saja dengan menghapus dan menggantinya dengan tulisan baru.

-          Tidak Mengganti Alamat Postingan.
Mengganti alamat postingan akan merugikan mereka yang menaruh pranala luar.

-          Keterbukaan Terhadap Konflik Kepentingan.
Tidak ada salahnya seseorang yang memiliki kepentingan tertentu entah ketika bersaing menjadi bupati, ketua ormas, ketua RT/RW atau kepentingan lain menulis blog. Tetapi ungkapkanlah hal tersebut agar pembaca dapat menilai tulisan dengan lebih jernih.

-          Tidak Menghapus Komentar.
Sebagai tempat terbuka, bebas, pemilik blog juga harus menerima risiko untuk mendapat komentar pedas. Biarkan saja komentar pedas, kritis, menusuk, muncul di blog. Jangan pernah menghapusnya juga mengeditnya kecuali komentar itu berpeluang menimbulkan kerugian pihak lain atau hanya sekadar untuk jualan/promosi atau meningkatkan page rank pemberi komentar. Kalau komentar tersebut jelas-jelas spam, hapus saja.

-          Tahu Batas Pribadi dan Publik.
Blog adalah ruang publik. Usahakan untuk ekstra hati-hati menulis seuatu yang sifatnya bukan hak publik misalnya informasi rahasia perusahaan/tempat kita bekerja, rahasia keluarga, rahasia teman. Hat-hati juga untuk menulis percakapan pribadi kita dengan pihak lain. Usahakan mendapatkan izin mereka terlebih dulu sebelum kita publikasikan di blog.

-          Tidak Copy Paste.
Di mana-mana, mencuri itu haram. Apapun yang dicuri, tetaplah tidak halal, kecuali “mencuri” hati. Mereka yang copy/paste tulisan orang, apa boleh buat, bisa dikelompokkan ke kategori ini. Menyakitkan penulis aslinya. Apalagi jika copy/paste itu dilakukan semena-mena tanpa menunjuk sumbernya dan memberi pranala luarnnya. Maka kata Vandi, Ray dan Mbelgedez, sudahilah perbuatan terkutuk itu.
Meski jelek dan dianggap kampungan, menulislah sendiri. Lama-lama akan bagus juga. Karena sesungguhnya menulis bukan sekadar bakat. Menulis juga kompetisi.

-          Tidak Memicu Kerusakan.
Tulisan bisa lebih tajam dari pedang. Maka, kata NdoroKAkung janganlah menebar prasangka, fitnah, dan SARA. Lebih baik menebar kemaslahatan umat seperti yang dilakukan Bangsari ketika mengajak peblog untuk mengumpulkan kambing guna membiayai sekolah anak tak mampu. Ia bukan hanya mengajak, tetapi bersama teman-temannya mengkoordinir dan mewudujkan usulannya.

-          Menampilkan Identitas.
Blog dilengkapi dengan identitas pribadi yang bersangkutan. Identitas yang jelas akan mempermudah pembaca untuk berkomunikasi dan mempererat keterkaitan antara pembaca dan pemilik/penulis blog.
Demikian pula, identitas baik berupa nama asli, email yang memang dipakai, serta blog yang dikelolanya, amat penting ketika memberikan komentar di blog lain. Identitas dalam berkomentar ini seringkali diperlukan untuk menyambung silaturahim antar peblog, sekaligus untuk menghangatkan diskusi melalui komentar. Mereka yang tampil tanpa identitas asli, seringkali bertujuan untuk memprovokasi dengan kecenderungan negatif dan tidak bertanggungjawab.

Sumber : virtual.co.id
Share:

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.